1. Perekonomian yang sehat
Dengan jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) yang hampir mencapai US$550 milyar di tahun 2009, Indonesia adalah perekonomian dengan laju pertumbuhan tercepat nomor tiga di Asia dan perekonomian terbesar di seluruh Asia Tenggara. Sebagai negara yang tidak terkena dampak krisis keuangan global separah negara tetangganya, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai angka 4,5% di tahun 2009. Angka ini diperkirakan akan meningkat hingga 5,6% di tahun 2010 dan 6% di tahun 2011, sehingga Indonesia seringkali disandingkan dengan negara-negara BRIC (Brazil, Rusia, India dan Cina). Menurut laporan Standard Chartered, pertumbuhan perekonomian Indonesia di masa depan diharapkan lebih inklusif, mengingat PDB nominal per-kapita diperkirakan menjadi berlipat empat di tahun 2020.
Sebagian besar keberhasilan ekonomi Indonesia adalah berkat pengelolaan fiskal atau keuangan negara yang baik, dengan fokus pada penurunan beban hutang. Rasio hutang Indonesia terhadap PDB menurun terus dari 83% di tahun 2001 hingga 29% pada akhir tahun 2009; ini merupakan angka terendah di antara negara ASEAN, kecuali Singapura yang tidak memiliki hutang pemerintah. Menurut Standard & Poor's, Indonesia menduduki peringkat pertama untuk pengelolaan neraca fiskal terbaik di antara negara-negara di wilayah Asia-Pasifik.
Pada Januari 2010, lembaga pemeringkatan Fitch Ratings telah meningkatkan peringkat kredit Indonesia menjadi BB+ dengan prospek ke depan yang stabil. Peningkatan peringkat kredit ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat dan berkelanjutan, serta posisi fiskal yang semakin membaik. Hal ini menunjukkan peningkatan kepercayaan untuk berinvestasi di Indonesia, karena menempatkan Indonesia hanya satu tingkat di bawah peringkat "investment grade". Dengan perubahan peringkat ini, Indonesia semakin berpeluang untuk menarik investasi dan arus modal dalam jumlah besar, serta dapat menarik dana-dana yang selama ini hanya bisa diinvestasikan ke dalam negara yang memiliki peringkat "investment grade". Dilihat dari perekonomiannya yang kuat, situasi politik yang stabil dan upaya reformasi yang berkelanjutan, maka Indonesia merupakan sebuah kekuatan besar yang sedang berkembang di Asia.
2. Stabilitas politik
Landasan perekonomian Indonesia yang dinamis adalah stabilitas politik. Satu dasawarsa yang lalu, sejumlah analis memprediksi bahwa Indonesia akan mengalami "Balkanisasi" atau pengulangan sejarah di negara-negara Balkan di mana terjadi perpecahan suatu negara menjadi beberapa negara yang lebih kecil. Di tahun 2001, Indonesia mulai melaksanakan proses desentralisasi. Ini merupakan upaya yang ambisius dan penuh tantangan. Dewasa ini Indonesia dikenal sebagai salah satu negara di dunia yang telah berhasil melakukan desentralisasi besar-besaran, melalui pengalihan kewenangan dan dana dalam jumlah signifikan dari pusat ke daerah.
Sebagai negara yang pernah mengalami pemerintahan bertangan besi selama lebih dari 30 tahun, demokrasi saat ini telah berkembang dengan baik di Indonesia. Indonesia telah berhasil melakukan transformasi dari suatu negara otoriter menjadi negara demokratis yang menjadi teladan di kawasan Asia Tenggara.
Baru-baru ini, dan untuk ketiga kalinya berturut-turut, Indonesia telah berhasil menyelesaikan pemilihan umum di tingkat legislatif dan eksektutif dengan damai. Hasil pemilihan ini telah menegaskan kepercayaan rakyat pada kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang memenangkan lebih dari 60% suara dari 176 juta pemilih yang terdaftar. Partai Presiden Yudhoyono, Partai Demokrat, menguasai lebih dari 25% dari semua suara di Dewan Legislatif sehingga beliau memperoleh mandat lebih kuat untuk memimpin Indonesia dalam lima tahun ke depan ini.
3. Iklim investasi
Iklim Investasi yang Menunjang
Indonesia memiliki kebijakan ekonomi yang tegas. Demikian juga aturan dan peraturan yang dirancang untuk menarik investasi asing. Di bawah ini adalah beberapa langkah terkini yang dilakukan Indonesia untuk memperbaiki iklim investasi.
Undang-undang Penanaman Modal No. 25 tahun 2007
UU Penanaman Modal yang baru telah memberi definisi baru akan istilah "penanaman modal" sehingga kini mencakup semua bentuk investasi, baik yang dilakukan investor dalam negeri maupun luar negeri. UU ini memberikan, untuk pertama kalinya, perlakuan yang sama kepada semua investor. Tidak ada lagi batas 30 tahun untuk izin investasi asing, dan ketentuan divestasi sebagaimana tercantum dalam UU No.1 Tahun 1967 juga sudah dihapus. Di samping itu, UU baru ini juga memungkinkan pemulangan modal tanpa adanya suatu hambatan.
Pelayanan Terpadu Satu Pindtu (PTSP) dan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE)
BKPM telah meluncurkan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) atau Nasional Single Window for Investment (NSWi) yang tujuannya tidak hanya mengurangi jumlah prosedur dan dokumentasi yang diperlukan untuk berinvestasi di Indonesia, namun juga meniadakan kewajiban untuk hadir secara tatap muka guna memperoleh berbagai layanan tertentu. Sistem baru ini telah memperbaiki proses internal dan mengoreksi hambatan sumber daya manusia sehingga mempercepat dan memperbaiki mutu layanan kepada para investor. Sistem ini pertama kali diluncurkan bulan Januari 2010 di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam.
4. Sumber daya alam yang berlimpah
Indonesia merupakan pasar yang terkenal dengan sumber daya alamnya, bahkan dari prospek bahan mineral dikatakan lebih menarik dibandingkan negara lain seperti Afrika Selatan, Australia dan Kanada.
Sebagai contoh, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati nomor dua setelah Brasil. Sumber daya alam merupakan peluang investasi yang luar biasa. Selain itu, potensi pengembangannya masih jauh dari titik jenuh, khususnya di bidang energi terbarukan.
5. Basis demografi yang dinamis
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk keempat terbesar di dunia. Di samping transformasi yang luar biasa di bidang fiskal dan politik, dalam satu dasawarsa terakhir Indonesia juga sedang mengalami pergeseran struktural yang penting dari segi demografi. Dari 240 juta penduduk, lebih dari sepertiga berumur di bawah 29 tahun, dan sebagian besar tinggal di daerah perkotaan. Ini mengilustrasikan angkatan kerja yang dinamis di dalam pasar tenaga kerja yang bertumbuh sebesar 2,3 juta orang per tahun. Tingkat urbanisasi yang cepat ini merupakan sumber tenaga kerja strategis di pusat-pusat investasi daerah urban.
"Bonus" Demografis Indonesia
Bersamaan dengan bonus demografis ini, Indonesia juga bertekad untuk meningkatkan produktivitas dan tingkat pendidikan generasi mudanya dengan menyediakan 16% dari anggaran belanja pemerintah di tahun 2010 untuk pendidikan. Anggaran ini lebih tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya. Saat ini, sebagian besar lulusan universitas berasal dari bidang teknis seperti keuangan dan ekonomi (28%) atau jurusan teknik dan sains (27.5%).
Upah buruh di pusat-pusat urban masih relatif rendah, bahkan jika dibandingkan dengan pusat urban yang telah menarik banyak investasi seperti di China dan India.
6. Pasar domestik berkembang pesat
Dengan jumlah 240 juta penduduk, Indonesia menawarkan pasar domestik yang luas, dengan lebih dari 50% dari penduduk Indonesia tinggal di daerah perkotaan dan telah mengadopsi gaya hidup modern. Kelas menengah yang sejahtera dan kian bertumbuh menunjang pertumbuhan ekonomi dimana lebih dari 50% PDB Indonesia berasal dari konsumsi masyarakat.
Statistik ini telah memberi keuntungan bagi banyak industri, termasuk diantaranya sektor perdagangan ritel, barang konsumen, pengolahan makanan, dan industri otomotif.
7. Lokasi yang strategis dan pengaruh global yang meluas
Indonesia terletak di persimpangan Samudra Pasifik, Selat Malaka, dan Samudra Hindia. Lebih dari separuh pelayaran internasional melewati perairan Indonesia. Peran Indonesia dalam urusan global semakin dominan. Indonesia adalah satu-satunya negara Asia Tenggara yang menjadi anggota G-20, kelompok global terkini untuk kebijakan ekonomi antar negara. Standard Chartered memprediksi bahwa Indonesia akan masuk di kelompok G-7 di tahun 2040 dengan syarat tercapainya potensi pertumbuhannya di tahun 2012, dan ekonominya akan melampaui Korea Selatan di tahun 2016 dan Jepang di tahun 2024.
Indonesia juga termasuk anggota ASEAN terbesar yang mengadopsi pendekatan terpadu di bidang keamanan, perdagangan dan perniagaan, dan akan menjadi bagian utuh dari Komunitas Ekonomi ASEAN di tahun 2015.
Pada akhirnya, Indonesia akan muncul sebagai pemain kunci dalam menentukan isu-isu kebijakan internasional seperti perubahan iklim, yang akan berdampak langsung dan tidak langsung pada keputusan-keputusan yang menyangkut bisnis dan investasi.